26 Januari 2021 | Penulis: Andrian Setiawan | Desain: Miska Agika Putri
Setiap insan manusia pasti sangat mendambakan hidup bahagia, selamat di dunia dan akhirat. Dalam kitab umat Muslim yaitu Al-Qur’an mengajarkan do’a yang mengumpulkan seluruh kebaikan dunia dan akhirat atau sering dikenal dengan do’a sapujagat.
“Rabbana atina fid dun-ya hasanah wa fil aakhirati hasanah waqina ‘adza bannar” artinya “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah : 201).
Kebaikan dalam kehidupan dunia-akhirat, diartikan dalam bentuk keselamatan dan kebahagiaan. Orang yang mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan tentunya akan bersedia menjalankan perkara yang mengantarkan kita kepada keselamatan.
Ada 3 perkara yang dapat menyelamatkan Muslim, diantaranya:
Pertama, khasyatullâh fi al-sirri wal `alâniyyah, (takut kepada Allah SWT, baik saat sedang sendirian maupun ketika bersama orang lain). Sikap takut kepada Allah SWT mendorong seseorang untuk berhati-hati dalam menjalani kehidupan, sehingga tidak mudah untuk melakukan pelanggaran sesuai syariat agama. Dengan demikian, memiliki sikap takut kepada Allah sangat dibutuhkan agar hidup sesuai aturan agama dan dengan begitu Allah akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan.
Kedua, al-Qasdu fil faqri wal ghina, (bersikap ekonomis di saat miskin dan kaya). Artinya seorang Muslim tetap menjaga sikap ekonomis/moderasi atau berada di tengah-tengah diantara boros dan pelit. Hal ini perlu dilakukan karena boros dan kikir merupakan sikap yang dilarang dalam agama, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Dalam Islam, setiap muslim diajarkan untuk tidak boros dan tidak pula kikir dalam membelanjakan hartanya, agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (QS. Al Furqon : 67).
Ketiga, al-adlu fir ridlâ wal ghadlab, (besikap adil baik di saat senang maupun marah) Adil adalah prinsip utama dalam Islam yang harus dijaga, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Bahkan Al-Qur’an menyatakan bahwa berlaku adil adalah tanda seseorang bertakwa. Semakin seseorang mampu berlaku adil, maka ia kan semakin tinggi derajat ketakwaannya.
Rasulullah SAW memberi pesan agar kita berlaku adil saat senang dan saat murka. Sebab kadang di saat kita senang kepada orang lain kita menjadi tidak adil, lalu memberikan haknya secara berlebih. Sebaliknya, di saat kita marah atau benci kepada seseorang kita pun cenderung mengurangi haknya, sehinga tidak adil. Itu sebabnya keadilan adalah nilai kemuliaan yang harus kita junjung tinggi, di manapun, kapan pun dan kepada siapapun.
Wallahu’alam
Bagikan di